Aku sama sekali bukan TV freak (apalagi sinetron, aduh ndak banget). Tapi akhir2 ini sempat kuliat di Indosiar gencar diiklankan acara baru bertajuk MamaMia . Pertama-tama kali liat iklannya I was like “what the heck?” another adaptation show again? Kabarnya ini show adalah hasil adaptasi (versi Indonesia) dari acara dengan judul yang sama di negara Brazil sana. Kalo pingin tahu kunjungi aja websitenya tapi it comes in spanish he he.
Show nya tentang kontes menyanyi (or popularity contest??) yang diikuti para abg cewe (+ibunya sebagai sang manajer). Audisi dilakukan di beberapa kota besar, lalu 75 pasangan anak-ibu yang terpilihpun terbang ke Jakarta untuk mengikuti kontes on air nya di Indosiar. Slogan yang dipake untuk acaranya “cuma buat perempuan” ha ha...but to me, (i hope) it’s not for ALL woman exactly... at least not for myself... :D
Tetek bengek rating, I don’t care. Kalopun nantinya aku nonton acara ini, I’m 100% sure because it’s just out of my curiousity. Thats all. Tapi, hanya dari melihat iklannya sekarang aja, ada beberapa hal yang really2 come to my concern already...(saat ini acaranya belum airing lho...tapi prihatinku sudah muncul membabi buta)
Pertama, basicly aku selalu prihatin melihat bagaimana kata “popularitas” hits people like hell !! What is up with that? Media2, buku2, diskusi, dll. rasanya perlu sekali lebih banyak mengulas bahwa masyarakat kita sekarang ini terlalu melebih2kan popularitas. Sebutan “artis dan selebritis” sangat dipuja, tanpa disadari bahwa segala sesuatu yang ada di muka bumi ini, tanpa terkecuali, selalu datang dengan 2 sisi : plus-minus, keuntungan-kerugian, kebaikan-keburukan, enaknya-susahnya. Itu pasti !.
Masyarakat sekarang kayanya perlu banget lebih aware bahwa dibalik gemerlap menjadi “terkenal” dan “bintang” banyak sekali konsekuensi yang harus siap dihadapi dan seringkali sangat tidak mengenakkan (kalo mau ditulis apa saja itu, bisa2 sekarung sendiri postingan blognya).
Kedua, masih menyangkut poin pertama. Dalam hal ini di acara MamaMia ini kan pesertanya adalah kalangan remaja putri. Menghadapi konsekuensi menjadi “terkenal” buat orang dewasa saja sudah terbukti susah (banyak kita lihat para artis korban popularitas yang hidupnya jadi kacau kan??), apalagi ini harus dihadapi para remaja. Teenagers who are struggling like hell to be human, to find their own identity and their reason to live. Struggling just being what they are, being themselves and turned out to be happy with it. And now they have to be consumed by a monster named “popularity contest”?? Oh come on, like their teenage world isn’t too hard to bear already or what??
Ketiga, the mommies. Coba sekali lagi simak beberapa komentar para peserta audisi MamaMia ini. Ada salah satu peserta bernama Martha, ini kisahnya :
“Kekompakan mama dan putrinya ini terlihat dari Martha dan mamanya, Lasma,.........bahkan menurut Martha, sang mamalah yang memaksa dirinya untuk ikut audisi Mama Mia.”
Well, just grab your sense, I wouldn’t need to write no more bout it... –sigh-... It’s hard enough to be a mother (and father) who wouldn’t push anything we want (or dream of) to our kids, in fact, it’s almost impossible to do that. Sure, we told the kids to do this and that all the time, to behave in front of other, etc. but I truly hope that I won’t ever (ever!) tell my kids to do anything so they can be in a popularity contest and eager to be a celebrity. Never!
Jujur, aku sudah cukup prihatin melihat pasangan anak-ibu yang dengan sama centilnya menyatakan antusias mereka untuk meraih “bintang” dan menjadi penyanyi terkenal (dan ibu dari penyanyi terkenal. Lebih prihatin lagi deh melihat para “stage-mom” yang justru lebih antusias dari si anaknya sendiri, malah “memaksa” anaknya untuk menjadi populer ini...
Hhhhh.......
No comments:
Post a Comment