Saturday, May 26, 2007

Another Life Come and Go : In Memorial of Salman Nurdin

Rabu kemarin, setelah 9 bulan yang berat karena placenta-previa dan bedrest (percayalah, bagi mall freak macam dia, bedrest memang bener2 siksaan), akhirnya Mba Olive melahirkan. Sesuai yang diduga dan dulu sempat ditakutkan, via operasi caesar. Lahirlah Rayya Khalila Yudhistira, berat 3,2 kg panjang 50 cm. What a beautiful baby!! Kata Mba Olive, dia mirip banget Pasya waktu lahir dulu.

Satu lagi kehidupan tumbuh mulai menancapkan sejarahnya di bumi ini. Mencerap hangatnya matahari pagi, bersiap dengan teriknya matahari siang hari, n hopefully in the end of her day, she’ll embrace the warmth n beauty of the moon n living in a light of her own star...

Life is coming n going all the time...
This week, I see a life goes too, pergi meninggalkan dunia ini. Siang2 dapet berita duka. Pretty shocking, one of my highschool-mate had just passed away.

Inna lillahi wa inna ilaihi rojiuun...

Salman Nurdin. Aku sudah kenal Salman sejak SMP (itu berarti sejak 18 tahun yang lalu!! Subhanalloh..) dan kita sering dipertemukan di kegiatan2 OSIS. Sebagai salah satu putra dari (alm) Bpk. Rofiq Singodimejo, tentu dia sudah punya tiket untuk menarik perhatian para kakak kelas aktivis kerohanian Islam di sekolah. In almost no time, Salman sudah aktif memimpin kegiatan2 Rohis di SMP kita dulu, dan berlanjut ketika kita di SMA. Back in Tulungagung, komunitas muslim pasti kenal siapa Pak Rofiq. Dia salah satu tokoh Islam yang waktu itu aktif dimana-mana, ceramah, pengajian, kajian Islam dll. Seingatku dulu aku selalu bilang ke Salman betapa dalam banyak hal, gayanya sangat mirip Pak Rofiq. In fact, dari semua saudara2nya, kulihat Salman lah tempat dimana Pak Rofiq banyak menitiskan karakternya. Kalo bicara selalu penuh semangat, yet, sarat dengan kebijakan. Penuh keyakinan dan percaya diri, yet, penuh tenggang rasa dan kerendahan hati. Kadang2 agak keras kepala, tapi di lain waktu dia dengan lembut mengatakan "aku bilang apa..bener kan?" :D

Biar seorang Ketua Rohis di SMA, dia itu tipe orang yang akan bisa bergaul dengan siapa saja, bahkan dengan temen yang ada di black list para guru sekalipun. Dari teman yang tertib di sekolah sampai yang bandel, dari yang semangat diskusi sampai dengan yang sinis pada semua pendapatnya, dari yang rajin mencarinya untuk sama2 berproses mencari “pencerahan” sampai yang harus “dikejar2” Salman untuk sekedar memberi undangan kegiatan pengajian, semua diladeni Salman. Istilahnya, kalo dalam dunia dakwah, dia itu bisa masuk ke semua komunitas masyarakat.

Bagi aku pribadi, kita punya bentuk hubungan yang agak unik. Karena kebetulan orangtua kita berdua saling kenal dan berteman, diluar kegiatan sekolah kita jadi sering berinteraksi. Dalam banyak hal, Salman bisa membimbing sekaligus tempat curhat. Kebanyakan curhatku tentang tetek bengek kegiatan di OSIS dan posisiku (waktu itu Sekretaris OSIS) yang dilematis, berada ditengah2 blunder antara pimpinan (Ketua OSIS) dan teman2 yang berada dibawahnya (para pengurus dan temen2 siswa lain).

Baginya, aku mungkin bisa dibilang teman yang ngeyelan, susah dibilangi dan diajak berpikir. Buktinya dia sering banget ngurak2 aku untuk berpikir. Salman termasuk orang yang berpendapat bahwa berpikir tidak bisa dilakukan kalo kita sedang bicara...dan aku adalah orang yang buuanyaakk sekali bicara! Hehe...

Salman juga pernah memprotes keputusanku untuk selalu berada di “zona aman” dalam suatu kontroversi. Kontroversi memang tidak pernah kubiarkan menggangguku karena menurutku itu hal yang alamiah dan manusiawi. Kalo diurusi terlalu berlebihan malah akan bikin rame. Dan aku paling males kalau harus rame (baca: berdebat) dengan orang lain. Tapi somehow, kadang-kadang aku merasa sekali dua kali, dia perlu mencariku ke kelas justru untuk ini, untuk mendengar dari mulutku bagaimana sebuah kontroversi menjadi suatu hal yang tidak perlu diperdulikan. Menjadi hal yang kadang2 perlu dibiarkan apa adanya. Mungkin itu adalah waktu2 dimana dia perlu time-out, perlu istirahat dari dunianya yang penuh dengan proses perdebatan dan diskusi dengan orang lain (orang lain = bukan hanya teman, tapi juga bpk/ibu guru, pegawai sekolah, dll)

Dia juga sering bilang aku itu orang yang sangat naif. Dia pernah bilang tak tahan dengan teori optimistis yang kuanut (“kuanut?” Ha ha itu actually kata2nya..go figure!...‘filsafat bgt’...). Katanya aku terlalu optimis tentang apa saja, saking optimisnya sampai jadi naif, n he said he couldn’t stand that.
And ini semua terjadi waktu kita SMA lho!! Masa2 abg pencarian jati diri kita masing-masing. Tapi Salman, he’s way too much deeper that his biological age that time.

Tapi namanya teenager, tentu ada masa2 dudul khas remaja...
“Heh, ada temenku yang naksir kamu tuh kayaknya, Man,” suatu kali kubilang padanya dengan usil.
Si Ketua Rohis yang ini tidak akan tersipu malu mendengarnya, dia malah membalas “Temenku ada juga yang naksir kamu tuh, trus piye? Didadekno ae kabeh opo piye?”
Sure, dia tahu pasti tentang prinsipku untuk tidak berpacaran sebelum lulus SMA. Dan jawabannya itu sudah cukup untuk membuatku terdiam...

Masa kuliahnya di Hubungan Internasional FISIP Unair, tak banyak kutahu. Itu adalah masa dimana kami sempat lost contact. Aku masih ingat dia mengacungkan 2 jempolnya untuk mengomentari keputusanku menikah muda di semester kedua kuliahku (sementara banyak teman lain konon menggosipkanku hamil sebelum nikah ha ha ha). Itu pertemuan pertamaku dengannya setelah menikah. Pertemuan tidak disengaja di parkiran Psikologi depan Perpus Besar Unair. Sangat membesarkan hati. Sehabis itu, lamaaaaa lagi tidak ketemu Salman. Lost contact lagi...

Bagi yang sudah lama mengenal Salman dan mengikuti kabar2 tentang dia, pasti sudah tahu, masa2 tahun2 kuliah selanjutnya, was history...


Cerita tentang bagaimana Salman mengalami transformasi yang membuat semua orang, bahkan keluarganya tercengang. Bahkan mengelus dada. Cerita tentang bagaimana semua orang mengkambinghitamkan ilmu filsafat yang sedang dipelajari Salman sebagai penyebabnya. Aku tidak akan menulis apa-apa disini, karena aku tidak mengetahui dengan pasti. Bagiku semua hanya sebatas kabar yang kudengar tentang dia. Dan selama waktu itu, aku memang tidak mendapatkan kesempatan bertemu dengannya atau menanyakan apa yang sedang terjadi.
Tapi deep down in my heart...aku tidak sempat merasa heran apalagi tercengang...aku tahu Salman, hal seperti ini sangat tidak mengherankan terjadi padanya. Dia sedang dalam proses pencarian sesuatu...entah apa itu, but I believe it was something big...dan kontroversi tentang dirinya ini, sekali lagi, tak kubiarkan menggangguku...

Lost contact itu begitu lama...hanya kabar burung jugalah yang sampai padaku, rumor tentang meninggalnya Pak Rofiq yang dikaitkan dengan ketercengangan dan pencarian Salman tadi. Aku tak berhak menulis apapun tentang itu...

Sampai kudengar kabar duka itu....sms seorang teman SMA yang mengguncangku siang itu. Salman pergi untuk selama-lamanya, Rabu 23 Mei 2007. Untuk beberapa jenak aku tersedot ke ruang hampa. Salman...
Kubayangkan, pasti tak terhitung banyak kali kau pernah diskusi atau bicara tentang ini pada orang lain, betapa semua yang bernyawa pasti akan mati, betapa hanya Allah SWT yang memegang rahasia tentang umur manusia, betapa kita tidak akan pernah tahu kapan dan berapa lama waktu kita...

Ini waktu untukmu kawan...rahasiaNya untukmu sudah terkuak untuk kita yang kautinggalkan...
Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afini wa'fu'anhu...

Maafkan aku yang karena jarak dan waktu tak bisa mengantarkanmu ke peristirahatanmu yang terakhir. Yang kuterima hari ini hanya sepenggal cerita dari ibukku yg melayat. Sepenggal cerita yang (seharusnya tidak perlu) meninggalkan sesal...tapi apalah diriku...hati yang lemah dan gampang dihinggapi sesal ini...

Ternyata sudah lebih setahun ini Salman divonis kanker paru2. Tahun lalu sempat operasi pengangkatan sel kanker. Tapi rupanya karena sudah parah menyebar, operasi pun masih menyisakan sel2 yang kemudian tumbuh kembali menggerus paru2nya. Yang menyisakan sesal dihatiku, aku sama sekali tidak tahu kalo selama ini Salman actually tinggal di Surabaya!! Ketika terakhir kudengar dia menikah, aku berasumsi dia tinggal di Tulungagung karena semua cerita kalau Salman harus membantu Ibunya mengurusi usaha keluarga sepeninggal Pak Rofiq.

Sebelum meninggal, Salman malah sempat dirawat selama 52 hari di RKZ!! Tanpa kudapat kesempatan untuk membezuknya, karena ketidaktahuanku (benarlah pepatah “ignorance makes u blind”). Kata ibukku, isterinya bercerita bahwa disaat2 terakhirnya, Salman hanya mau mendengarkan lagu2 Ebiet G. Ade...ah teman, ketika kau merasa sudah diujung umurpun, rupanya kau tidak berhenti berproses. Dengan lirik2 lagu Ebiet yang dalam akan makna dan balada itu...
Salman menikah dengan seorang wanita asal Tulungagung juga (happens to be my lil bro’s friend) dan tinggal di sekitar BNI Graha Pangeran yang actually dekat dengan rumahku!! Inikah salah satu rahasiaMu juga Ya Allah? Tak sempat kau pertemukan aku dengan temanku ini sebelum dia menghadapMu..?

Salman meninggalkan 3 orang anak2 yang masih balita. Anak sulung 3,5 tahun dan sepasang kembar yang masih berumur 2 tahun...masyaalloh, mereka anak2 yatim sekarang... Aku seorang ibu yang tidak mungkin tidak teriris melihat ini...

Salman...
Manusia diukur berdasarkan manfaat yang diberikannya kepada orang lain. There my friend, u have me, pertemanan kita bagiku sarat akan manfaat dan pelajaran. Terima kasih...

Selamat jalan kawan...selamat berproses di duniamu yang baru...

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

tempat terakhir (alm) Salman beraktivitas :
http://www.pusdakota.org/htmlInd/inspire.htm

obituari lain untuk Salman Nurdin :
http://ynugroho.multiply.com/journal/item/15
http://didut.nomadlife.org/2007/05/selamat-jalan-sahabat.aspx


7 comments:

Anonymous said...

saya senang ada kawan-kawan yang mengenang bung salman. salam kenal untuk anda.

Anonymous said...

Sungguh, aku seperti tak mampu bernapas. Aku tak menyangka Salman Nurdin dipanggil Sang Pencipta secapat ini.
Udin,aku biasa menyapanya. Karena kakaknya, Nurman dan keluarganya selalu menyapa dengan panggilan ini.
Terus terang aku tak mengenalnya secara mendalam. Yang kutahu, ada beberapa temanku yang melalui proses seperti yang dijalani Udin dalam pencariannya.
Selamat jalan Udin.

Hanik

Wahida Ariffianti said...

likewise, mas yanuar...kita kenal karena salman..subhanalloh..

mas hanik ini apa yang alumni smada 93 itu? iya mas siang itu aku juga seperti tak percaya, salman sakit dan sama sekali tak terdengar berita sakitnya...padahal sudah lama dan di surabaya, itu yang sedikit aku sesalkan, tapi mungkin itu takdir juga ya mengingat Salman memang bukan tipe pencari perhatian..??

-sigh-
seperti kata mas yanuar, marilah kita doakan saja supaya dia beristirahat dengan tenang di hadapan penciptanya, yang selama hidup tidak pernah lelah dia "cari"...

Wahida Ariffianti said...

Beberapa catatan teman2 tentang almarhum Salman via milis alumni smadata dan al-smadata (@yahoogroups.com) :
===================================
Sdr. SATYA P.YOGA :
Cerito bab Almarhum Salman Nurdin..aku kenal mergo kangmase sing asmane Ahmad Tontowi.
Jaman semono si Udin isih SMP kelas 3. Bareng milih SMA, aku sing ngujuk-ujuki ben daftar nang SMA 2 (biasa khan .. wong jenenge cinta almamater)
Kebetulan kangmase loro-lorone ora ono sing sekolah nang SMA 2. Sing mbarep alumni MAN 1, sing no loro (Hanung) alumni SMA Taruna Nusantara.
Aku eling banget almarhum ramane Udin (pak Rofik). Nek ngendikan suarane guedhe (persis si Udin).
Nah pas Pak Rofik sedo, si Udin wis kuliah nang Unair. Sementara Tontowi wektu iku wis kerjo nang Krakatau Steel lan si Hanung kuliah nang ITB.
Sing banget tak eling-eling, kabeh keluargane Pak Rofik ki grapyak, sumringah lan akeh guyon.
Bab almarhum Udin sing tak eling-eling .. cilik dhuwur, suarane gedhe lan mesti basa krama inggil.
Muga-muga Gusti Allah maringi papan kang padhang, jembar padha karo amal ibadahe Almarhum.

===================================

Sdr. SUN'AN FARISY:
Nderek berduka cita banget, Muga2 dosa2 ne di ampuni lan amal ibadah diterima Allah SWT. Kebetulan pak Rofik sik mambu dulur karo aku...tur aku kenal karo Tantowi (wayah neng Permasita Malang biyen), Mas-e Nurman Numaeri (Hanung?) koncoku neng Unpad (selepas Tar Nusantara-ITB- PT.DI) saiki neng Indosat M2.
Muga2 iki terbaik dari Allah SWT....kanggo keluarga diparingi sabar..

===================================

Sdr. AGUS ALIM KUZAIRI:
Selamat jalan kawan, semoga Allah memberikan engkau tempat yang layak disisiNya, tempat yang pantas dengan amal ibadahmu selama ini.
kenanganku dengan Salman....mungkin hanya terjadi di kelas 1, dimana kita dulu pernah satu kelas...Ustadz... begitulah kami memanggilnya
Selamat jalan Ustadz...... ......... ........
selamat jalan kawan....... .......

===================================

Sdr. WILIS WIRAWAN :
Aku satu kelas dengan Salman mulai dari kelas I sampe kelas III SMA. Kenangan yang paling kuingat saat insiden dengan guru PSPB sehingga hampir semua teman sekelas keluar kelas. Salman "diminta" keluar kelas kalau gak mau lagi diajar. Salman keluar, lalu aku juga keluar, lalu satu per satu keluar kelas.
Selamat jalan Salman. Semoga Alloh menerima segala amal ibadahmu, dan mengampuni segala kesalahanmu.

===================================

Anonymous said...

Matur suwun dumateng mas-mas, adik-adik yang telah memberi perhatian pada meninggalnya adikku yang bagiku istimewa, Salman Nurdin alias Udin.
Alhamdulillah, walaupun di hari-hari terakhir hidupnya dia sakit,
pada saat sakaratul maut,
sempat dibimbing oleh Ibunda mengucap kalimat Shahadat.
Proses meninggalnya hingga dikuburkan berjalan dengan baik.
Aku sendiri walaupun telah
berusaha untuk "menemuinya"
sebelum dimakamkan, namun gagal,
untuk melihat senyumnya ketika
dishalatkan dan disemayamkan.
Semoga ini merupakan pertanda
ke-khusnul-khotimah-an hidupnya.

Tentu kami merasa sangat kehilangan bukan saja karena dia anak, kakak dan adik kami, tapi juga karena "keistimewaannya" yang tidak tergantikan oleh saudara2nya yang lain.

Semoga kami yang ditinggalkan dapat meneladani sifat2 dan prinsip2 hidupnya yang baik, juga dapat menjaga "amanah"-nya yakni
ketiga putra-putrinya yang pintar2.
Semoga putra-putrinya dapat menjadi anak yang sholeh dan sholehah dan dikemudian hari dapat melanjutkan perjuangan ayahnya.

Matursuwun khususnya buat Dik Wahida yang telah membuat catatan di blog-nya ini.

Salam,
Nurman Numeiri (Nanung)
numeiri@yahoo.com

Wahida Ariffianti said...

terimakasih mas Nurman sudah berkenan tinggalin comment disini...

doa saya untuk Salman dan semua keluarga yang ditinggalkan, terutama untuk si kecil (insyaalloh mereka akan tumbuh dengan segala keistimewaan Salman)

Anonymous said...

Inna lilahi wa inna ilaihi rooji'uun.

allohummaj'al fii qobrohu nuuron, waj'al fii qobrohu riyaadin min riyaadin minal jinaan wala taj'al fii qobrohu khufratin khufratin minan niiron.


Fa insyaalloh bikum lahikuun

(momo)

for wahida tengkiyu info nya :)