I realize that we are living in a very cruel world. Tragedy is everywhere. But now take a look at this picture and tell me that your heart won't be melted...
This picture is courtesy of Jawapos, printed as a headline in this morning edition (printed in a laaarge size), shocked me in my lazy mood earlier this morning. God...they even have to put that black-square-mark in the point where the bullet hit.
Beritanya bisa di klik di sini tentang penembakan yang dilakukan para marinir kearah para warga yang melakukan aksi unjuk rasa di Pasuruan.
Rightaway, even until now, I can't stop to thinking what happen next to that child (btw his name is Khoirul Agung). The pain he has to get thru, the pain that his parent have to get thru, is he already dead by now? Or he will survive with severe injury in his internal organ that he has to carry thru his live?
My God.... T_T
Thursday, May 31, 2007
MamaMia Show
Aku sama sekali bukan TV freak (apalagi sinetron, aduh ndak banget). Tapi akhir2 ini sempat kuliat di Indosiar gencar diiklankan acara baru bertajuk MamaMia . Pertama-tama kali liat iklannya I was like “what the heck?” another adaptation show again? Kabarnya ini show adalah hasil adaptasi (versi Indonesia) dari acara dengan judul yang sama di negara Brazil sana. Kalo pingin tahu kunjungi aja websitenya tapi it comes in spanish he he.
Show nya tentang kontes menyanyi (or popularity contest??) yang diikuti para abg cewe (+ibunya sebagai sang manajer). Audisi dilakukan di beberapa kota besar, lalu 75 pasangan anak-ibu yang terpilihpun terbang ke Jakarta untuk mengikuti kontes on air nya di Indosiar. Slogan yang dipake untuk acaranya “cuma buat perempuan” ha ha...but to me, (i hope) it’s not for ALL woman exactly... at least not for myself... :D
Tetek bengek rating, I don’t care. Kalopun nantinya aku nonton acara ini, I’m 100% sure because it’s just out of my curiousity. Thats all. Tapi, hanya dari melihat iklannya sekarang aja, ada beberapa hal yang really2 come to my concern already...(saat ini acaranya belum airing lho...tapi prihatinku sudah muncul membabi buta)
Pertama, basicly aku selalu prihatin melihat bagaimana kata “popularitas” hits people like hell !! What is up with that? Media2, buku2, diskusi, dll. rasanya perlu sekali lebih banyak mengulas bahwa masyarakat kita sekarang ini terlalu melebih2kan popularitas. Sebutan “artis dan selebritis” sangat dipuja, tanpa disadari bahwa segala sesuatu yang ada di muka bumi ini, tanpa terkecuali, selalu datang dengan 2 sisi : plus-minus, keuntungan-kerugian, kebaikan-keburukan, enaknya-susahnya. Itu pasti !.
Masyarakat sekarang kayanya perlu banget lebih aware bahwa dibalik gemerlap menjadi “terkenal” dan “bintang” banyak sekali konsekuensi yang harus siap dihadapi dan seringkali sangat tidak mengenakkan (kalo mau ditulis apa saja itu, bisa2 sekarung sendiri postingan blognya).
Kedua, masih menyangkut poin pertama. Dalam hal ini di acara MamaMia ini kan pesertanya adalah kalangan remaja putri. Menghadapi konsekuensi menjadi “terkenal” buat orang dewasa saja sudah terbukti susah (banyak kita lihat para artis korban popularitas yang hidupnya jadi kacau kan??), apalagi ini harus dihadapi para remaja. Teenagers who are struggling like hell to be human, to find their own identity and their reason to live. Struggling just being what they are, being themselves and turned out to be happy with it. And now they have to be consumed by a monster named “popularity contest”?? Oh come on, like their teenage world isn’t too hard to bear already or what??
Ketiga, the mommies. Coba sekali lagi simak beberapa komentar para peserta audisi MamaMia ini. Ada salah satu peserta bernama Martha, ini kisahnya :
“Kekompakan mama dan putrinya ini terlihat dari Martha dan mamanya, Lasma,.........bahkan menurut Martha, sang mamalah yang memaksa dirinya untuk ikut audisi Mama Mia.”
Well, just grab your sense, I wouldn’t need to write no more bout it... –sigh-... It’s hard enough to be a mother (and father) who wouldn’t push anything we want (or dream of) to our kids, in fact, it’s almost impossible to do that. Sure, we told the kids to do this and that all the time, to behave in front of other, etc. but I truly hope that I won’t ever (ever!) tell my kids to do anything so they can be in a popularity contest and eager to be a celebrity. Never!
Jujur, aku sudah cukup prihatin melihat pasangan anak-ibu yang dengan sama centilnya menyatakan antusias mereka untuk meraih “bintang” dan menjadi penyanyi terkenal (dan ibu dari penyanyi terkenal. Lebih prihatin lagi deh melihat para “stage-mom” yang justru lebih antusias dari si anaknya sendiri, malah “memaksa” anaknya untuk menjadi populer ini...
Hhhhh.......
Show nya tentang kontes menyanyi (or popularity contest??) yang diikuti para abg cewe (+ibunya sebagai sang manajer). Audisi dilakukan di beberapa kota besar, lalu 75 pasangan anak-ibu yang terpilihpun terbang ke Jakarta untuk mengikuti kontes on air nya di Indosiar. Slogan yang dipake untuk acaranya “cuma buat perempuan” ha ha...but to me, (i hope) it’s not for ALL woman exactly... at least not for myself... :D
Tetek bengek rating, I don’t care. Kalopun nantinya aku nonton acara ini, I’m 100% sure because it’s just out of my curiousity. Thats all. Tapi, hanya dari melihat iklannya sekarang aja, ada beberapa hal yang really2 come to my concern already...(saat ini acaranya belum airing lho...tapi prihatinku sudah muncul membabi buta)
Pertama, basicly aku selalu prihatin melihat bagaimana kata “popularitas” hits people like hell !! What is up with that? Media2, buku2, diskusi, dll. rasanya perlu sekali lebih banyak mengulas bahwa masyarakat kita sekarang ini terlalu melebih2kan popularitas. Sebutan “artis dan selebritis” sangat dipuja, tanpa disadari bahwa segala sesuatu yang ada di muka bumi ini, tanpa terkecuali, selalu datang dengan 2 sisi : plus-minus, keuntungan-kerugian, kebaikan-keburukan, enaknya-susahnya. Itu pasti !.
Masyarakat sekarang kayanya perlu banget lebih aware bahwa dibalik gemerlap menjadi “terkenal” dan “bintang” banyak sekali konsekuensi yang harus siap dihadapi dan seringkali sangat tidak mengenakkan (kalo mau ditulis apa saja itu, bisa2 sekarung sendiri postingan blognya).
Kedua, masih menyangkut poin pertama. Dalam hal ini di acara MamaMia ini kan pesertanya adalah kalangan remaja putri. Menghadapi konsekuensi menjadi “terkenal” buat orang dewasa saja sudah terbukti susah (banyak kita lihat para artis korban popularitas yang hidupnya jadi kacau kan??), apalagi ini harus dihadapi para remaja. Teenagers who are struggling like hell to be human, to find their own identity and their reason to live. Struggling just being what they are, being themselves and turned out to be happy with it. And now they have to be consumed by a monster named “popularity contest”?? Oh come on, like their teenage world isn’t too hard to bear already or what??
Ketiga, the mommies. Coba sekali lagi simak beberapa komentar para peserta audisi MamaMia ini. Ada salah satu peserta bernama Martha, ini kisahnya :
“Kekompakan mama dan putrinya ini terlihat dari Martha dan mamanya, Lasma,.........bahkan menurut Martha, sang mamalah yang memaksa dirinya untuk ikut audisi Mama Mia.”
Well, just grab your sense, I wouldn’t need to write no more bout it... –sigh-... It’s hard enough to be a mother (and father) who wouldn’t push anything we want (or dream of) to our kids, in fact, it’s almost impossible to do that. Sure, we told the kids to do this and that all the time, to behave in front of other, etc. but I truly hope that I won’t ever (ever!) tell my kids to do anything so they can be in a popularity contest and eager to be a celebrity. Never!
Jujur, aku sudah cukup prihatin melihat pasangan anak-ibu yang dengan sama centilnya menyatakan antusias mereka untuk meraih “bintang” dan menjadi penyanyi terkenal (dan ibu dari penyanyi terkenal. Lebih prihatin lagi deh melihat para “stage-mom” yang justru lebih antusias dari si anaknya sendiri, malah “memaksa” anaknya untuk menjadi populer ini...
Hhhhh.......
Saturday, May 26, 2007
Another Life Come and Go : In Memorial of Salman Nurdin
Rabu kemarin, setelah 9 bulan yang berat karena placenta-previa dan bedrest (percayalah, bagi mall freak macam dia, bedrest memang bener2 siksaan), akhirnya Mba Olive melahirkan. Sesuai yang diduga dan dulu sempat ditakutkan, via operasi caesar. Lahirlah Rayya Khalila Yudhistira, berat 3,2 kg panjang 50 cm. What a beautiful baby!! Kata Mba Olive, dia mirip banget Pasya waktu lahir dulu.
Satu lagi kehidupan tumbuh mulai menancapkan sejarahnya di bumi ini. Mencerap hangatnya matahari pagi, bersiap dengan teriknya matahari siang hari, n hopefully in the end of her day, she’ll embrace the warmth n beauty of the moon n living in a light of her own star...
Life is coming n going all the time...
This week, I see a life goes too, pergi meninggalkan dunia ini. Siang2 dapet berita duka. Pretty shocking, one of my highschool-mate had just passed away.
Inna lillahi wa inna ilaihi rojiuun...
Salman Nurdin. Aku sudah kenal Salman sejak SMP (itu berarti sejak 18 tahun yang lalu!! Subhanalloh..) dan kita sering dipertemukan di kegiatan2 OSIS. Sebagai salah satu putra dari (alm) Bpk. Rofiq Singodimejo, tentu dia sudah punya tiket untuk menarik perhatian para kakak kelas aktivis kerohanian Islam di sekolah. In almost no time, Salman sudah aktif memimpin kegiatan2 Rohis di SMP kita dulu, dan berlanjut ketika kita di SMA. Back in Tulungagung, komunitas muslim pasti kenal siapa Pak Rofiq. Dia salah satu tokoh Islam yang waktu itu aktif dimana-mana, ceramah, pengajian, kajian Islam dll. Seingatku dulu aku selalu bilang ke Salman betapa dalam banyak hal, gayanya sangat mirip Pak Rofiq. In fact, dari semua saudara2nya, kulihat Salman lah tempat dimana Pak Rofiq banyak menitiskan karakternya. Kalo bicara selalu penuh semangat, yet, sarat dengan kebijakan. Penuh keyakinan dan percaya diri, yet, penuh tenggang rasa dan kerendahan hati. Kadang2 agak keras kepala, tapi di lain waktu dia dengan lembut mengatakan "aku bilang apa..bener kan?" :D
Biar seorang Ketua Rohis di SMA, dia itu tipe orang yang akan bisa bergaul dengan siapa saja, bahkan dengan temen yang ada di black list para guru sekalipun. Dari teman yang tertib di sekolah sampai yang bandel, dari yang semangat diskusi sampai dengan yang sinis pada semua pendapatnya, dari yang rajin mencarinya untuk sama2 berproses mencari “pencerahan” sampai yang harus “dikejar2” Salman untuk sekedar memberi undangan kegiatan pengajian, semua diladeni Salman. Istilahnya, kalo dalam dunia dakwah, dia itu bisa masuk ke semua komunitas masyarakat.
Bagi aku pribadi, kita punya bentuk hubungan yang agak unik. Karena kebetulan orangtua kita berdua saling kenal dan berteman, diluar kegiatan sekolah kita jadi sering berinteraksi. Dalam banyak hal, Salman bisa membimbing sekaligus tempat curhat. Kebanyakan curhatku tentang tetek bengek kegiatan di OSIS dan posisiku (waktu itu Sekretaris OSIS) yang dilematis, berada ditengah2 blunder antara pimpinan (Ketua OSIS) dan teman2 yang berada dibawahnya (para pengurus dan temen2 siswa lain).
Baginya, aku mungkin bisa dibilang teman yang ngeyelan, susah dibilangi dan diajak berpikir. Buktinya dia sering banget ngurak2 aku untuk berpikir. Salman termasuk orang yang berpendapat bahwa berpikir tidak bisa dilakukan kalo kita sedang bicara...dan aku adalah orang yang buuanyaakk sekali bicara! Hehe...
Salman juga pernah memprotes keputusanku untuk selalu berada di “zona aman” dalam suatu kontroversi. Kontroversi memang tidak pernah kubiarkan menggangguku karena menurutku itu hal yang alamiah dan manusiawi. Kalo diurusi terlalu berlebihan malah akan bikin rame. Dan aku paling males kalau harus rame (baca: berdebat) dengan orang lain. Tapi somehow, kadang-kadang aku merasa sekali dua kali, dia perlu mencariku ke kelas justru untuk ini, untuk mendengar dari mulutku bagaimana sebuah kontroversi menjadi suatu hal yang tidak perlu diperdulikan. Menjadi hal yang kadang2 perlu dibiarkan apa adanya. Mungkin itu adalah waktu2 dimana dia perlu time-out, perlu istirahat dari dunianya yang penuh dengan proses perdebatan dan diskusi dengan orang lain (orang lain = bukan hanya teman, tapi juga bpk/ibu guru, pegawai sekolah, dll)
Dia juga sering bilang aku itu orang yang sangat naif. Dia pernah bilang tak tahan dengan teori optimistis yang kuanut (“kuanut?” Ha ha itu actually kata2nya..go figure!...‘filsafat bgt’...). Katanya aku terlalu optimis tentang apa saja, saking optimisnya sampai jadi naif, n he said he couldn’t stand that.
And ini semua terjadi waktu kita SMA lho!! Masa2 abg pencarian jati diri kita masing-masing. Tapi Salman, he’s way too much deeper that his biological age that time.
Tapi namanya teenager, tentu ada masa2 dudul khas remaja...
“Heh, ada temenku yang naksir kamu tuh kayaknya, Man,” suatu kali kubilang padanya dengan usil.
Si Ketua Rohis yang ini tidak akan tersipu malu mendengarnya, dia malah membalas “Temenku ada juga yang naksir kamu tuh, trus piye? Didadekno ae kabeh opo piye?”
Sure, dia tahu pasti tentang prinsipku untuk tidak berpacaran sebelum lulus SMA. Dan jawabannya itu sudah cukup untuk membuatku terdiam...
Masa kuliahnya di Hubungan Internasional FISIP Unair, tak banyak kutahu. Itu adalah masa dimana kami sempat lost contact. Aku masih ingat dia mengacungkan 2 jempolnya untuk mengomentari keputusanku menikah muda di semester kedua kuliahku (sementara banyak teman lain konon menggosipkanku hamil sebelum nikah ha ha ha). Itu pertemuan pertamaku dengannya setelah menikah. Pertemuan tidak disengaja di parkiran Psikologi depan Perpus Besar Unair. Sangat membesarkan hati. Sehabis itu, lamaaaaa lagi tidak ketemu Salman. Lost contact lagi...
Bagi yang sudah lama mengenal Salman dan mengikuti kabar2 tentang dia, pasti sudah tahu, masa2 tahun2 kuliah selanjutnya, was history...
Cerita tentang bagaimana Salman mengalami transformasi yang membuat semua orang, bahkan keluarganya tercengang. Bahkan mengelus dada. Cerita tentang bagaimana semua orang mengkambinghitamkan ilmu filsafat yang sedang dipelajari Salman sebagai penyebabnya. Aku tidak akan menulis apa-apa disini, karena aku tidak mengetahui dengan pasti. Bagiku semua hanya sebatas kabar yang kudengar tentang dia. Dan selama waktu itu, aku memang tidak mendapatkan kesempatan bertemu dengannya atau menanyakan apa yang sedang terjadi.
Tapi deep down in my heart...aku tidak sempat merasa heran apalagi tercengang...aku tahu Salman, hal seperti ini sangat tidak mengherankan terjadi padanya. Dia sedang dalam proses pencarian sesuatu...entah apa itu, but I believe it was something big...dan kontroversi tentang dirinya ini, sekali lagi, tak kubiarkan menggangguku...
Lost contact itu begitu lama...hanya kabar burung jugalah yang sampai padaku, rumor tentang meninggalnya Pak Rofiq yang dikaitkan dengan ketercengangan dan pencarian Salman tadi. Aku tak berhak menulis apapun tentang itu...
Sampai kudengar kabar duka itu....sms seorang teman SMA yang mengguncangku siang itu. Salman pergi untuk selama-lamanya, Rabu 23 Mei 2007. Untuk beberapa jenak aku tersedot ke ruang hampa. Salman...
Kubayangkan, pasti tak terhitung banyak kali kau pernah diskusi atau bicara tentang ini pada orang lain, betapa semua yang bernyawa pasti akan mati, betapa hanya Allah SWT yang memegang rahasia tentang umur manusia, betapa kita tidak akan pernah tahu kapan dan berapa lama waktu kita...
Ini waktu untukmu kawan...rahasiaNya untukmu sudah terkuak untuk kita yang kautinggalkan...
Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afini wa'fu'anhu...
Maafkan aku yang karena jarak dan waktu tak bisa mengantarkanmu ke peristirahatanmu yang terakhir. Yang kuterima hari ini hanya sepenggal cerita dari ibukku yg melayat. Sepenggal cerita yang (seharusnya tidak perlu) meninggalkan sesal...tapi apalah diriku...hati yang lemah dan gampang dihinggapi sesal ini...
Ternyata sudah lebih setahun ini Salman divonis kanker paru2. Tahun lalu sempat operasi pengangkatan sel kanker. Tapi rupanya karena sudah parah menyebar, operasi pun masih menyisakan sel2 yang kemudian tumbuh kembali menggerus paru2nya. Yang menyisakan sesal dihatiku, aku sama sekali tidak tahu kalo selama ini Salman actually tinggal di Surabaya!! Ketika terakhir kudengar dia menikah, aku berasumsi dia tinggal di Tulungagung karena semua cerita kalau Salman harus membantu Ibunya mengurusi usaha keluarga sepeninggal Pak Rofiq.
Sebelum meninggal, Salman malah sempat dirawat selama 52 hari di RKZ!! Tanpa kudapat kesempatan untuk membezuknya, karena ketidaktahuanku (benarlah pepatah “ignorance makes u blind”). Kata ibukku, isterinya bercerita bahwa disaat2 terakhirnya, Salman hanya mau mendengarkan lagu2 Ebiet G. Ade...ah teman, ketika kau merasa sudah diujung umurpun, rupanya kau tidak berhenti berproses. Dengan lirik2 lagu Ebiet yang dalam akan makna dan balada itu...
Salman menikah dengan seorang wanita asal Tulungagung juga (happens to be my lil bro’s friend) dan tinggal di sekitar BNI Graha Pangeran yang actually dekat dengan rumahku!! Inikah salah satu rahasiaMu juga Ya Allah? Tak sempat kau pertemukan aku dengan temanku ini sebelum dia menghadapMu..?
Salman meninggalkan 3 orang anak2 yang masih balita. Anak sulung 3,5 tahun dan sepasang kembar yang masih berumur 2 tahun...masyaalloh, mereka anak2 yatim sekarang... Aku seorang ibu yang tidak mungkin tidak teriris melihat ini...
Salman...
Manusia diukur berdasarkan manfaat yang diberikannya kepada orang lain. There my friend, u have me, pertemanan kita bagiku sarat akan manfaat dan pelajaran. Terima kasih...
Selamat jalan kawan...selamat berproses di duniamu yang baru...
~*~*~*~*~*~*~*~*~*~
tempat terakhir (alm) Salman beraktivitas :
http://www.pusdakota.org/htmlInd/inspire.htm
obituari lain untuk Salman Nurdin :
http://ynugroho.multiply.com/journal/item/15
http://didut.nomadlife.org/2007/05/selamat-jalan-sahabat.aspx
Satu lagi kehidupan tumbuh mulai menancapkan sejarahnya di bumi ini. Mencerap hangatnya matahari pagi, bersiap dengan teriknya matahari siang hari, n hopefully in the end of her day, she’ll embrace the warmth n beauty of the moon n living in a light of her own star...
Life is coming n going all the time...
This week, I see a life goes too, pergi meninggalkan dunia ini. Siang2 dapet berita duka. Pretty shocking, one of my highschool-mate had just passed away.
Inna lillahi wa inna ilaihi rojiuun...
Salman Nurdin. Aku sudah kenal Salman sejak SMP (itu berarti sejak 18 tahun yang lalu!! Subhanalloh..) dan kita sering dipertemukan di kegiatan2 OSIS. Sebagai salah satu putra dari (alm) Bpk. Rofiq Singodimejo, tentu dia sudah punya tiket untuk menarik perhatian para kakak kelas aktivis kerohanian Islam di sekolah. In almost no time, Salman sudah aktif memimpin kegiatan2 Rohis di SMP kita dulu, dan berlanjut ketika kita di SMA. Back in Tulungagung, komunitas muslim pasti kenal siapa Pak Rofiq. Dia salah satu tokoh Islam yang waktu itu aktif dimana-mana, ceramah, pengajian, kajian Islam dll. Seingatku dulu aku selalu bilang ke Salman betapa dalam banyak hal, gayanya sangat mirip Pak Rofiq. In fact, dari semua saudara2nya, kulihat Salman lah tempat dimana Pak Rofiq banyak menitiskan karakternya. Kalo bicara selalu penuh semangat, yet, sarat dengan kebijakan. Penuh keyakinan dan percaya diri, yet, penuh tenggang rasa dan kerendahan hati. Kadang2 agak keras kepala, tapi di lain waktu dia dengan lembut mengatakan "aku bilang apa..bener kan?" :D
Biar seorang Ketua Rohis di SMA, dia itu tipe orang yang akan bisa bergaul dengan siapa saja, bahkan dengan temen yang ada di black list para guru sekalipun. Dari teman yang tertib di sekolah sampai yang bandel, dari yang semangat diskusi sampai dengan yang sinis pada semua pendapatnya, dari yang rajin mencarinya untuk sama2 berproses mencari “pencerahan” sampai yang harus “dikejar2” Salman untuk sekedar memberi undangan kegiatan pengajian, semua diladeni Salman. Istilahnya, kalo dalam dunia dakwah, dia itu bisa masuk ke semua komunitas masyarakat.
Bagi aku pribadi, kita punya bentuk hubungan yang agak unik. Karena kebetulan orangtua kita berdua saling kenal dan berteman, diluar kegiatan sekolah kita jadi sering berinteraksi. Dalam banyak hal, Salman bisa membimbing sekaligus tempat curhat. Kebanyakan curhatku tentang tetek bengek kegiatan di OSIS dan posisiku (waktu itu Sekretaris OSIS) yang dilematis, berada ditengah2 blunder antara pimpinan (Ketua OSIS) dan teman2 yang berada dibawahnya (para pengurus dan temen2 siswa lain).
Baginya, aku mungkin bisa dibilang teman yang ngeyelan, susah dibilangi dan diajak berpikir. Buktinya dia sering banget ngurak2 aku untuk berpikir. Salman termasuk orang yang berpendapat bahwa berpikir tidak bisa dilakukan kalo kita sedang bicara...dan aku adalah orang yang buuanyaakk sekali bicara! Hehe...
Salman juga pernah memprotes keputusanku untuk selalu berada di “zona aman” dalam suatu kontroversi. Kontroversi memang tidak pernah kubiarkan menggangguku karena menurutku itu hal yang alamiah dan manusiawi. Kalo diurusi terlalu berlebihan malah akan bikin rame. Dan aku paling males kalau harus rame (baca: berdebat) dengan orang lain. Tapi somehow, kadang-kadang aku merasa sekali dua kali, dia perlu mencariku ke kelas justru untuk ini, untuk mendengar dari mulutku bagaimana sebuah kontroversi menjadi suatu hal yang tidak perlu diperdulikan. Menjadi hal yang kadang2 perlu dibiarkan apa adanya. Mungkin itu adalah waktu2 dimana dia perlu time-out, perlu istirahat dari dunianya yang penuh dengan proses perdebatan dan diskusi dengan orang lain (orang lain = bukan hanya teman, tapi juga bpk/ibu guru, pegawai sekolah, dll)
Dia juga sering bilang aku itu orang yang sangat naif. Dia pernah bilang tak tahan dengan teori optimistis yang kuanut (“kuanut?” Ha ha itu actually kata2nya..go figure!...‘filsafat bgt’...). Katanya aku terlalu optimis tentang apa saja, saking optimisnya sampai jadi naif, n he said he couldn’t stand that.
And ini semua terjadi waktu kita SMA lho!! Masa2 abg pencarian jati diri kita masing-masing. Tapi Salman, he’s way too much deeper that his biological age that time.
Tapi namanya teenager, tentu ada masa2 dudul khas remaja...
“Heh, ada temenku yang naksir kamu tuh kayaknya, Man,” suatu kali kubilang padanya dengan usil.
Si Ketua Rohis yang ini tidak akan tersipu malu mendengarnya, dia malah membalas “Temenku ada juga yang naksir kamu tuh, trus piye? Didadekno ae kabeh opo piye?”
Sure, dia tahu pasti tentang prinsipku untuk tidak berpacaran sebelum lulus SMA. Dan jawabannya itu sudah cukup untuk membuatku terdiam...
Masa kuliahnya di Hubungan Internasional FISIP Unair, tak banyak kutahu. Itu adalah masa dimana kami sempat lost contact. Aku masih ingat dia mengacungkan 2 jempolnya untuk mengomentari keputusanku menikah muda di semester kedua kuliahku (sementara banyak teman lain konon menggosipkanku hamil sebelum nikah ha ha ha). Itu pertemuan pertamaku dengannya setelah menikah. Pertemuan tidak disengaja di parkiran Psikologi depan Perpus Besar Unair. Sangat membesarkan hati. Sehabis itu, lamaaaaa lagi tidak ketemu Salman. Lost contact lagi...
Bagi yang sudah lama mengenal Salman dan mengikuti kabar2 tentang dia, pasti sudah tahu, masa2 tahun2 kuliah selanjutnya, was history...
Cerita tentang bagaimana Salman mengalami transformasi yang membuat semua orang, bahkan keluarganya tercengang. Bahkan mengelus dada. Cerita tentang bagaimana semua orang mengkambinghitamkan ilmu filsafat yang sedang dipelajari Salman sebagai penyebabnya. Aku tidak akan menulis apa-apa disini, karena aku tidak mengetahui dengan pasti. Bagiku semua hanya sebatas kabar yang kudengar tentang dia. Dan selama waktu itu, aku memang tidak mendapatkan kesempatan bertemu dengannya atau menanyakan apa yang sedang terjadi.
Tapi deep down in my heart...aku tidak sempat merasa heran apalagi tercengang...aku tahu Salman, hal seperti ini sangat tidak mengherankan terjadi padanya. Dia sedang dalam proses pencarian sesuatu...entah apa itu, but I believe it was something big...dan kontroversi tentang dirinya ini, sekali lagi, tak kubiarkan menggangguku...
Lost contact itu begitu lama...hanya kabar burung jugalah yang sampai padaku, rumor tentang meninggalnya Pak Rofiq yang dikaitkan dengan ketercengangan dan pencarian Salman tadi. Aku tak berhak menulis apapun tentang itu...
Sampai kudengar kabar duka itu....sms seorang teman SMA yang mengguncangku siang itu. Salman pergi untuk selama-lamanya, Rabu 23 Mei 2007. Untuk beberapa jenak aku tersedot ke ruang hampa. Salman...
Kubayangkan, pasti tak terhitung banyak kali kau pernah diskusi atau bicara tentang ini pada orang lain, betapa semua yang bernyawa pasti akan mati, betapa hanya Allah SWT yang memegang rahasia tentang umur manusia, betapa kita tidak akan pernah tahu kapan dan berapa lama waktu kita...
Ini waktu untukmu kawan...rahasiaNya untukmu sudah terkuak untuk kita yang kautinggalkan...
Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afini wa'fu'anhu...
Maafkan aku yang karena jarak dan waktu tak bisa mengantarkanmu ke peristirahatanmu yang terakhir. Yang kuterima hari ini hanya sepenggal cerita dari ibukku yg melayat. Sepenggal cerita yang (seharusnya tidak perlu) meninggalkan sesal...tapi apalah diriku...hati yang lemah dan gampang dihinggapi sesal ini...
Ternyata sudah lebih setahun ini Salman divonis kanker paru2. Tahun lalu sempat operasi pengangkatan sel kanker. Tapi rupanya karena sudah parah menyebar, operasi pun masih menyisakan sel2 yang kemudian tumbuh kembali menggerus paru2nya. Yang menyisakan sesal dihatiku, aku sama sekali tidak tahu kalo selama ini Salman actually tinggal di Surabaya!! Ketika terakhir kudengar dia menikah, aku berasumsi dia tinggal di Tulungagung karena semua cerita kalau Salman harus membantu Ibunya mengurusi usaha keluarga sepeninggal Pak Rofiq.
Sebelum meninggal, Salman malah sempat dirawat selama 52 hari di RKZ!! Tanpa kudapat kesempatan untuk membezuknya, karena ketidaktahuanku (benarlah pepatah “ignorance makes u blind”). Kata ibukku, isterinya bercerita bahwa disaat2 terakhirnya, Salman hanya mau mendengarkan lagu2 Ebiet G. Ade...ah teman, ketika kau merasa sudah diujung umurpun, rupanya kau tidak berhenti berproses. Dengan lirik2 lagu Ebiet yang dalam akan makna dan balada itu...
Salman menikah dengan seorang wanita asal Tulungagung juga (happens to be my lil bro’s friend) dan tinggal di sekitar BNI Graha Pangeran yang actually dekat dengan rumahku!! Inikah salah satu rahasiaMu juga Ya Allah? Tak sempat kau pertemukan aku dengan temanku ini sebelum dia menghadapMu..?
Salman meninggalkan 3 orang anak2 yang masih balita. Anak sulung 3,5 tahun dan sepasang kembar yang masih berumur 2 tahun...masyaalloh, mereka anak2 yatim sekarang... Aku seorang ibu yang tidak mungkin tidak teriris melihat ini...
Salman...
Manusia diukur berdasarkan manfaat yang diberikannya kepada orang lain. There my friend, u have me, pertemanan kita bagiku sarat akan manfaat dan pelajaran. Terima kasih...
Selamat jalan kawan...selamat berproses di duniamu yang baru...
~*~*~*~*~*~*~*~*~*~
tempat terakhir (alm) Salman beraktivitas :
http://www.pusdakota.org/htmlInd/inspire.htm
obituari lain untuk Salman Nurdin :
http://ynugroho.multiply.com/journal/item/15
http://didut.nomadlife.org/2007/05/selamat-jalan-sahabat.aspx
Wednesday, May 23, 2007
Sekolah Para Binatang
SEKOLAH PARA BINATANG
Suatu ketika di dunia binatang hendak didirikan sekolah terbaik yang diharapkan bisa mengajarkan berbagai macam ketrampilan kompleks. Maksudnya supaya para binatang bisa improve their quality, dengan cara menguasai banyak ketrampilan binatang sekaligus.
Sekolah tersebut akhirnya berdiri dan menjadi sekolah yang paling lengkap fasiltasnya dan kurikulumnya pun paling beragam, mencakup hampir semua ketrampilan binatang yang ada di dunia ini. Dari ketrampilan berlari, berenang, terbang, memanjat, melompat, memburu mangsa, menghindari kejaran predator, sampai dengan mencari makanan semua diajarkan dengan pengajar profesor yang ter-ahli dibidangnya masing-masing. Profesor cheetah mengajar kelas berlari, profesor elang mengajar di kelas terbang, dan lain sebagainya.
Seekor murid kanguru bermaksud meningkatkan ketrampilan dengan mengikuti kelas berlari. Selama ini dia merasa kemampuan berlari nya sangat kurang, walaupun di kelas melompat dia menjadi juara kelas. Alangkah baiknya kalo dia bisa meningkatkan kemampuan berlarinya. Yang pasti, dia akan membuat bangga orangtuanya. Bayangkan saja, orangtua kangguru mana yang tidak bangga punya anak kangguru yang selain hebat melompat, juga bisa berlari dengan kencang.
Tapi sekeras apapun dia belajar untuk berlari, dia selalu gagal menyamai prestasi berlari teman-temannya yang lain. Dia selalu tertinggal. Di rumahpun, dia melakukan semacam les tambahan untuk memacu kemampuan berlarinya. Seluruh waktu nya dicurahkannya untuk berlatih berlari dan berlari. Dan semakin dia belajar, semakin dia merasa depresi karena dia belum juga bisa menyamai kemampuan teman2 nya di kelas berlari. Akhirnya suatu hari dia bukan hanya depresi dengan kemampuan berlarinya, karena waktunya habis untuk belajar berlari, ternyata dia juga sudah lupa bagaimana caranya melopat.
Murid penyu selalu merasa dialah murid terbodoh. Kemampuan berlarinya payah, melompat dan terbang apalagi. Dia juga tidak punya aura predator yang selalu mengundang decak kagum binatang lain. Semakin dia melihat kemampuan binatang-binatang lain, semakin dia merasa gagal sebagai makhluk hidup. Dia tahu ibunya selalu bilang bahwa merekalah binatang yang paling telaten dan sabar. Banyak hal2 yang tidak bisa dilakukan binatang lain, bisa mereka lakukan berkat kesabaran dan ketlatenan mereka. Binatang mana yang bisa mengerami telurnya begitu banyak di pantai dalam waktu begitu lama kalau bukan mereka, para penyu. Binatang mana juga yang bisa menyimpan cadangan vitamin D terbanyak di cangkangnya kalau bukan mereka. Walaupun tidak bisa berlari cepat, merekalah binatang yang bisa hidup paling lama. Bahkan ketika nanti para penyu meninggal atau punah sekalipun, mereka akan tetap meninggalkan cangkang yang sangat berguna bagi bumi ini. Tapi tetap saja, melihat bagaimana hiruk pikuknya kelas berlari membuat si murid penyu merasa sangat tidak berguna.
Si murid ikan juga tak luput dari depresi karena saking giatnya belajar terbang menyebabkan salah satu siripnya patah dan dia tidak lagi bisa berenang. Si monyet memenuhi waktunya dengan jadwal les berenang tambahan sampai2 dia lupa bagaimana caranya memanjat.
Sekolah itu jadi kacau....!!!
Dunia binatang jadi kacau...!!!
Jadi kenapa tidak kita biarkan saja ikan berenang, dan biarlah si cheetah yang berlari...
Biarkan ular merayap dan monyet yang memanjat...
Semua makhluk pasti menyimpan kelebihan dan kekurangan yang akan membuat dunia ini menjadi tempat yang justru sempurna untuk dihuni bersama-sama...
Wahida
(ide cerita : abis baca ensiklopedi binatangnya abe)
Suatu ketika di dunia binatang hendak didirikan sekolah terbaik yang diharapkan bisa mengajarkan berbagai macam ketrampilan kompleks. Maksudnya supaya para binatang bisa improve their quality, dengan cara menguasai banyak ketrampilan binatang sekaligus.
Sekolah tersebut akhirnya berdiri dan menjadi sekolah yang paling lengkap fasiltasnya dan kurikulumnya pun paling beragam, mencakup hampir semua ketrampilan binatang yang ada di dunia ini. Dari ketrampilan berlari, berenang, terbang, memanjat, melompat, memburu mangsa, menghindari kejaran predator, sampai dengan mencari makanan semua diajarkan dengan pengajar profesor yang ter-ahli dibidangnya masing-masing. Profesor cheetah mengajar kelas berlari, profesor elang mengajar di kelas terbang, dan lain sebagainya.
Seekor murid kanguru bermaksud meningkatkan ketrampilan dengan mengikuti kelas berlari. Selama ini dia merasa kemampuan berlari nya sangat kurang, walaupun di kelas melompat dia menjadi juara kelas. Alangkah baiknya kalo dia bisa meningkatkan kemampuan berlarinya. Yang pasti, dia akan membuat bangga orangtuanya. Bayangkan saja, orangtua kangguru mana yang tidak bangga punya anak kangguru yang selain hebat melompat, juga bisa berlari dengan kencang.
Tapi sekeras apapun dia belajar untuk berlari, dia selalu gagal menyamai prestasi berlari teman-temannya yang lain. Dia selalu tertinggal. Di rumahpun, dia melakukan semacam les tambahan untuk memacu kemampuan berlarinya. Seluruh waktu nya dicurahkannya untuk berlatih berlari dan berlari. Dan semakin dia belajar, semakin dia merasa depresi karena dia belum juga bisa menyamai kemampuan teman2 nya di kelas berlari. Akhirnya suatu hari dia bukan hanya depresi dengan kemampuan berlarinya, karena waktunya habis untuk belajar berlari, ternyata dia juga sudah lupa bagaimana caranya melopat.
Murid penyu selalu merasa dialah murid terbodoh. Kemampuan berlarinya payah, melompat dan terbang apalagi. Dia juga tidak punya aura predator yang selalu mengundang decak kagum binatang lain. Semakin dia melihat kemampuan binatang-binatang lain, semakin dia merasa gagal sebagai makhluk hidup. Dia tahu ibunya selalu bilang bahwa merekalah binatang yang paling telaten dan sabar. Banyak hal2 yang tidak bisa dilakukan binatang lain, bisa mereka lakukan berkat kesabaran dan ketlatenan mereka. Binatang mana yang bisa mengerami telurnya begitu banyak di pantai dalam waktu begitu lama kalau bukan mereka, para penyu. Binatang mana juga yang bisa menyimpan cadangan vitamin D terbanyak di cangkangnya kalau bukan mereka. Walaupun tidak bisa berlari cepat, merekalah binatang yang bisa hidup paling lama. Bahkan ketika nanti para penyu meninggal atau punah sekalipun, mereka akan tetap meninggalkan cangkang yang sangat berguna bagi bumi ini. Tapi tetap saja, melihat bagaimana hiruk pikuknya kelas berlari membuat si murid penyu merasa sangat tidak berguna.
Si murid ikan juga tak luput dari depresi karena saking giatnya belajar terbang menyebabkan salah satu siripnya patah dan dia tidak lagi bisa berenang. Si monyet memenuhi waktunya dengan jadwal les berenang tambahan sampai2 dia lupa bagaimana caranya memanjat.
Sekolah itu jadi kacau....!!!
Dunia binatang jadi kacau...!!!
Jadi kenapa tidak kita biarkan saja ikan berenang, dan biarlah si cheetah yang berlari...
Biarkan ular merayap dan monyet yang memanjat...
Semua makhluk pasti menyimpan kelebihan dan kekurangan yang akan membuat dunia ini menjadi tempat yang justru sempurna untuk dihuni bersama-sama...
Wahida
(ide cerita : abis baca ensiklopedi binatangnya abe)
Tuesday, May 22, 2007
Psikologi Ala Kita
Seorang teman di milis al-smadata mengajukan pertanyaan setelah saya mengirim postingan gambaran singkat tentang Psikologi Kompatiologi ala Vincent Liong (dimana aku sempat memberi sedikit komentar “satu lagi nih…such a crap, isn’t it?”)
"sakjane ono berapa psikologi bla bla bla yo?" ini bunyi pertanyaannya
Reply saya (masih via milis) adalah sebagai berikut :
Hemm…
Saya ndak tahu apa jawaban orang lain, tapi kalo saya ditanya, jawabnya akan begini :
Ketika di dunia ini ada 6.476.567.967 manusia, maka akan ada 6.476.567.967 jenis psikologi juga. Bertahun-tahun saya kenal dan mengenal teori2 yang bersliweran bahkan saling menyangkal satu sama lain, hanya satu teori yang sampai sekarang menurutku masih relevan dalam konteks "psikologi wahida". Teori itu adalah "individual differences". Bahwa Tuhan hanya menciptakan satu jenis manusia sekali saja, bahkan kembar identikpun punya perbedaan.
Dengan konteks ini, maka proses pencarian pemahaman akan psyche (jiwa) adalah suatu proses yang berkesinambungan, neverending, dan khas. Ini pointnya. Khas. Bagaimana mas yudex memahami dirinya sendiri tidak akan sama dengan bagaimana dia akan memahami mas iwan. Bagaimana mas iwan memahami mas yudex tidak akan sama dengan bagaimana mas iwan memahami mas dayat. Bahkan, bagaimana mas iwan memahami diri mas iwan sendiri hari ini mungkin tidak akan sama keesokan harinya. Meskipun mas yudex berhasil mengajak mas iwan untuk memahami mas dayat dengan cara yang sama, percayalah niscaya hasil pemahamannya pun tidak akan sama, karena apa yang telah mas iwan lalui dalam hidup tidak sama dengan mas yudex, sehingga pola pikir, judgement dll tidak sama, dan itu akan membuat hasil pemahaman berbeda.
Ruwet yo? hi hi. Tapi sebenarnya saya berangkat dari sesuatu yang simple kok.
Prinsipnya, wajar saja kalo Vincent Liong mengklaim menemukan Kompatiologi. Esensinya, itulah "psikologi vincent". Wajar juga kalau dia berniat spread pemikirannya itu dan mengajak oranglain untuk mengikuti buah pemikirannya. Yang td sempat saya sebut crap, adalah bila dengan suatu jenis pemahaman kita jadi menutup mata terhadap yang lain. Yang crap adalah bila kita menaruh perhatian yang lebih besar kepada sesuatu melebihi yang seharusnya. Oh, teori psikologi ini lho hebat, yang itu sih kurang mengena. Oh, prestasi seorang vincent liong memang fenomenal, dengan cara dekon nya itu dia bisa menginstall sesuatu yang besar dalam diri dan pribadi seseorang. Oh, crap...
Kapan itu saya sempat diskusi dengan mas Iwan betapa saya kok selama ini kurang antusias dengan berbagai macam metode self-enrichment semacam ESQ, SEFT, atau yg terbaru dekonstruksi ala vincent liong ini. Bukan karena saya merasa itu kurang berguna, tidak. Saya yakin suatu metode lahir dari proses yang panjang, dan apapun itu, tidak mungkin akan useless (in fact, tak ada setitikpun di dunia ini yang tidak ada gunanya). Saya cuma berpikir mungkin "psikologi wahida" punya prinsip sendiri untuk tidak terkungkung oleh kebesaran suatu metode2 pelatihan semacam itu yang takutnya secara esensi, terlalu overrated.
Sayang sekali kalau seseorang terkungkung dalam kata2 "saya ikut terdekon", atau "saya pengikut freud" atau bahkan "saya berhutang kepada ESQ, karena setelah mengikutinya hidup saya berubah drastis". Oh…give me a break! bahkan sesama peserta ESQ pasti memiliki kadar pencerapan yang berbeda satu sama lain, kadar interpretasi yang tidak akan mungkin sama persis dengan yang lain. Yang bisa memastikan apakah ESQ anda memberikan dayaguna adalah diri anda sendiri.
Jadi silahkan ikut ESQ, ikut program dekon, ikut apapun itu. Dan setelahnya, mari jadikan apapun yang kita dapat disitu sebagai aksesori dalam definisi "psikologi kita sendiri". Hanya aksesori, bukan center of point apalagi jadi salah satu kiblat kita dalam berproses. Karena dunia penuh dengan hal-hal dan kejadian yang memberi kita nuansa. Hal-hal yang mungkin kecil, tapi berarti, yang mungkin akan terlewatkan kalo kita terlalu fokus pada sesuatu yang lain melebihi kadar yang seharusnya.
Aku kok wes ngelantur... .
Membuka ruang untuk diskusi nih, he he monggo disambung...
"sakjane ono berapa psikologi bla bla bla yo?" ini bunyi pertanyaannya
Reply saya (masih via milis) adalah sebagai berikut :
Hemm…
Saya ndak tahu apa jawaban orang lain, tapi kalo saya ditanya, jawabnya akan begini :
Ketika di dunia ini ada 6.476.567.967 manusia, maka akan ada 6.476.567.967 jenis psikologi juga. Bertahun-tahun saya kenal dan mengenal teori2 yang bersliweran bahkan saling menyangkal satu sama lain, hanya satu teori yang sampai sekarang menurutku masih relevan dalam konteks "psikologi wahida". Teori itu adalah "individual differences". Bahwa Tuhan hanya menciptakan satu jenis manusia sekali saja, bahkan kembar identikpun punya perbedaan.
Dengan konteks ini, maka proses pencarian pemahaman akan psyche (jiwa) adalah suatu proses yang berkesinambungan, neverending, dan khas. Ini pointnya. Khas. Bagaimana mas yudex memahami dirinya sendiri tidak akan sama dengan bagaimana dia akan memahami mas iwan. Bagaimana mas iwan memahami mas yudex tidak akan sama dengan bagaimana mas iwan memahami mas dayat. Bahkan, bagaimana mas iwan memahami diri mas iwan sendiri hari ini mungkin tidak akan sama keesokan harinya. Meskipun mas yudex berhasil mengajak mas iwan untuk memahami mas dayat dengan cara yang sama, percayalah niscaya hasil pemahamannya pun tidak akan sama, karena apa yang telah mas iwan lalui dalam hidup tidak sama dengan mas yudex, sehingga pola pikir, judgement dll tidak sama, dan itu akan membuat hasil pemahaman berbeda.
Ruwet yo? hi hi. Tapi sebenarnya saya berangkat dari sesuatu yang simple kok.
Prinsipnya, wajar saja kalo Vincent Liong mengklaim menemukan Kompatiologi. Esensinya, itulah "psikologi vincent". Wajar juga kalau dia berniat spread pemikirannya itu dan mengajak oranglain untuk mengikuti buah pemikirannya. Yang td sempat saya sebut crap, adalah bila dengan suatu jenis pemahaman kita jadi menutup mata terhadap yang lain. Yang crap adalah bila kita menaruh perhatian yang lebih besar kepada sesuatu melebihi yang seharusnya. Oh, teori psikologi ini lho hebat, yang itu sih kurang mengena. Oh, prestasi seorang vincent liong memang fenomenal, dengan cara dekon nya itu dia bisa menginstall sesuatu yang besar dalam diri dan pribadi seseorang. Oh, crap...
Kapan itu saya sempat diskusi dengan mas Iwan betapa saya kok selama ini kurang antusias dengan berbagai macam metode self-enrichment semacam ESQ, SEFT, atau yg terbaru dekonstruksi ala vincent liong ini. Bukan karena saya merasa itu kurang berguna, tidak. Saya yakin suatu metode lahir dari proses yang panjang, dan apapun itu, tidak mungkin akan useless (in fact, tak ada setitikpun di dunia ini yang tidak ada gunanya). Saya cuma berpikir mungkin "psikologi wahida" punya prinsip sendiri untuk tidak terkungkung oleh kebesaran suatu metode2 pelatihan semacam itu yang takutnya secara esensi, terlalu overrated.
Sayang sekali kalau seseorang terkungkung dalam kata2 "saya ikut terdekon", atau "saya pengikut freud" atau bahkan "saya berhutang kepada ESQ, karena setelah mengikutinya hidup saya berubah drastis". Oh…give me a break! bahkan sesama peserta ESQ pasti memiliki kadar pencerapan yang berbeda satu sama lain, kadar interpretasi yang tidak akan mungkin sama persis dengan yang lain. Yang bisa memastikan apakah ESQ anda memberikan dayaguna adalah diri anda sendiri.
Jadi silahkan ikut ESQ, ikut program dekon, ikut apapun itu. Dan setelahnya, mari jadikan apapun yang kita dapat disitu sebagai aksesori dalam definisi "psikologi kita sendiri". Hanya aksesori, bukan center of point apalagi jadi salah satu kiblat kita dalam berproses. Karena dunia penuh dengan hal-hal dan kejadian yang memberi kita nuansa. Hal-hal yang mungkin kecil, tapi berarti, yang mungkin akan terlewatkan kalo kita terlalu fokus pada sesuatu yang lain melebihi kadar yang seharusnya.
Aku kok wes ngelantur... .
Membuka ruang untuk diskusi nih, he he monggo disambung...
Monday, May 21, 2007
Low Blood-Pressure? Try this very amateur tips (or not?)
Lazy Monday, 01.41 pm
Dua hari ini KO deh. Setelah bertahun-tahun menghilang, penyakit lamaku akhir2 ini suka datang lagi. My blood-pressure goes down n all in sudden, the world just keep spinning right thru my head.
The other day when the last time my blood-press went down, my husband came up with the most silly idea. He refered to the fact that if somebody got "high blood-pressure", they tend to be more sensitive n being mad-easily over anything. So the idea is to make me angry, so my blood-pressure can raise n I can be cured..!! Ha ha ha. I love my husband, but frankly I don't know what the heck he was doing during Biologi class back in school ?? he he he.
Spending all day in bed, sucks!! Untung masih ada tv kabel, alhasil 2 hari ini jadi tv freak deh. Mostly HBO n cineMax since they got great movies going on these couple of days.
Let's see what did I got..!
"The Perfect Catch". 2005. Starring : Drew Barrymore n Jimmy Fallon.
This is the first time I watch Jimmy Falon, and he got me already. Remember when I told you that I'm not that kind of woman who can easily impressed by pretty faces? Well Jimmy (in his character in this movie) is all what it takes to impress me!! Simple ordinary guy, funny, his feet were right there on the ground, fun to be with (cos they never telling you how to behave), has adorably bad attitudes, yet has a very kind, warm n big heart. He's so NOT that metrosexual type of guy.
The movie is all about that cliche problem in man-woman relationship. Ben (Jimmy Fallon) is a favorable elementary teacher an one of Red-Sox freak!! For almost 23 years he never missed one game. Her charming girlfriend Lindsey (Drew Barrymore) is a successful executive. The opposite attracks. They make a perfect couple, Lindsey is able to catch up with the baseball game freaky Ben. She even watch the Red-Sox game along n couldn't help to enjoy it too. But when situation has to be the other way around, it goes harder for Ben. When he gave-up one game to be in Lindsay's friend's birthday, that game turned out to be the game when Red-Sox actually win over Yankees (something that don't happen in over past 100 years!!). Anyway, that costs them a split.
There is one line that impressed me about this situation, since my husband himself, is a sport game freak. "You love Red-Sox, but does it love you back?" one said to Ben. Ben got the picture when he saw Red-Sox's highly-paid player who eating in glamorous restaurant, while he n other fans r upset n sad about the lost that they got, many losts in a row. What's the point??
After living in a horrible life after the split, Ben decided to actually SELL his game ticket-seat to Lindsay's friend's husband. For a $120.000 plus condemn from all of his friends, Ben decided to quit the game for the whole season n being a miserable himself. Luckily Lindsay found this out, n stop it in a very hillarious scene when the two finally got back together again.
"If u love me enough that u will sell your ticket-seat for me, than I love you enough to tell you NOT TO!!" said Lindsey in wrap scene.
Sounds familiar problem, don't u think? Thats what I always try to do to deal with my husband's. Part of being loved just the way we are, is to loving him back just the way he is, right? I mean they way he is means, with all those "his" attributes.
"You love Red-Sox, but does it love you back?" I'll answer it YES. It gives spirit, it gives excitement, it gives joyful life, it gives something to hold on to, it even gives commitment, if not LOVE, what would you call it?
In my case, I'm not trying to say that I forced myself into soccer, no. I just can't love it no matter I've tried. But to be honest, everytime I saw my husband gets so exciting about the game, THERE!! There IS the thing that I'd loved to see. A man with excitement in his eyes, a man with something to hold on, a man with that joy n appreciation about something he's so into. I just love to see him like that!!
Tak peduli betapa bencinya aku pada hobinya, tapi melihat matanya berapi2 ketika bercerita, atau ketika menemukan t-shirt Persebaya kecil dan serta merta membelinya untuk Abe, atau ketika dengan semangat langsung berangkat ke pertandingan di Tambaksari padahal dia baru pulang dari 3 hari roadtrip luar kota.. itu yang sangat aku sukai!! Binar matanya itu, semangatnya itulah, yang membuat dia menjadi laki-laki yang sejak 12 tahun lalu tak pernah berhenti membuatku jatuh cinta. Tanpa itu, dia tak akan komplit jadi laki2 yang kusuka dan kucinta.
Well, the fact that he always tells all of his friends how lucky he was, having a wife like me who never object about his hobby or his "boys night out", it's surely a bonus... he he
Back to movie, definetely a must see for any couple. And singles too, for its such a charming, hilarious, funny, n touched movie.
And then I got this one too :
"Elektra". 2005. Starring : Jennifer Garner. Based on the Marvel's comic book. Well, this is one of the heck popular movie. I'm sure many of you have seen it already. With reviews everywhere I guess I won't say more. Except one thing...
Jennifer Garner's muscle!! O..M..G..(forgive me God, for putting your name over this crap :D). I am so envy her body!! The muscles, the tone, the torso, everything..!! - I can see the guys agreed hi hi hi- she's just such a piece of work!!
With that kind of muscle, u can just kick the bad guy's butt, yet still look beautiful in a dress. Tell me how good is that huh?! he he. To me, Garner's face n expression, is really a real deal too. She can just looks so sweet, yet highly self-awareness controlled. So loose n soft, yet strong n dark in the same time. In terms of acting, it's quite a quality isn't it?
I would call the movie average, but that Garner's muscle? It rocks!!
2.36 pm
poor me...I hardly spend much time with the kids these couple of days...hikss..
Oh no, I got that dizzy again...I think I should just stop now n lay down for a moment.
You know, everytime I got sick, there's only one thing that I always do. Fight it!! I don't go to bed when I got cold symptoms. I go for yoga instead! Get sweaty n that way the cold will hopely go away. But not with this blood-pressure thing. Yesterday I tried to manage a yoga pose n all I got is dizzy n blinking in my head.
Or maybe its just the wrong yoga pose? I dunno, I'll have to figure it out later, since its been told that yoga can help us to deal with all kind of sickness right? I owe myself a research in this...
Meanwhile...I've got to lay down now...seriously... :(
Dua hari ini KO deh. Setelah bertahun-tahun menghilang, penyakit lamaku akhir2 ini suka datang lagi. My blood-pressure goes down n all in sudden, the world just keep spinning right thru my head.
The other day when the last time my blood-press went down, my husband came up with the most silly idea. He refered to the fact that if somebody got "high blood-pressure", they tend to be more sensitive n being mad-easily over anything. So the idea is to make me angry, so my blood-pressure can raise n I can be cured..!! Ha ha ha. I love my husband, but frankly I don't know what the heck he was doing during Biologi class back in school ?? he he he.
Spending all day in bed, sucks!! Untung masih ada tv kabel, alhasil 2 hari ini jadi tv freak deh. Mostly HBO n cineMax since they got great movies going on these couple of days.
Let's see what did I got..!
"The Perfect Catch". 2005. Starring : Drew Barrymore n Jimmy Fallon.
This is the first time I watch Jimmy Falon, and he got me already. Remember when I told you that I'm not that kind of woman who can easily impressed by pretty faces? Well Jimmy (in his character in this movie) is all what it takes to impress me!! Simple ordinary guy, funny, his feet were right there on the ground, fun to be with (cos they never telling you how to behave), has adorably bad attitudes, yet has a very kind, warm n big heart. He's so NOT that metrosexual type of guy.
The movie is all about that cliche problem in man-woman relationship. Ben (Jimmy Fallon) is a favorable elementary teacher an one of Red-Sox freak!! For almost 23 years he never missed one game. Her charming girlfriend Lindsey (Drew Barrymore) is a successful executive. The opposite attracks. They make a perfect couple, Lindsey is able to catch up with the baseball game freaky Ben. She even watch the Red-Sox game along n couldn't help to enjoy it too. But when situation has to be the other way around, it goes harder for Ben. When he gave-up one game to be in Lindsay's friend's birthday, that game turned out to be the game when Red-Sox actually win over Yankees (something that don't happen in over past 100 years!!). Anyway, that costs them a split.
There is one line that impressed me about this situation, since my husband himself, is a sport game freak. "You love Red-Sox, but does it love you back?" one said to Ben. Ben got the picture when he saw Red-Sox's highly-paid player who eating in glamorous restaurant, while he n other fans r upset n sad about the lost that they got, many losts in a row. What's the point??
After living in a horrible life after the split, Ben decided to actually SELL his game ticket-seat to Lindsay's friend's husband. For a $120.000 plus condemn from all of his friends, Ben decided to quit the game for the whole season n being a miserable himself. Luckily Lindsay found this out, n stop it in a very hillarious scene when the two finally got back together again.
"If u love me enough that u will sell your ticket-seat for me, than I love you enough to tell you NOT TO!!" said Lindsey in wrap scene.
Sounds familiar problem, don't u think? Thats what I always try to do to deal with my husband's. Part of being loved just the way we are, is to loving him back just the way he is, right? I mean they way he is means, with all those "his" attributes.
"You love Red-Sox, but does it love you back?" I'll answer it YES. It gives spirit, it gives excitement, it gives joyful life, it gives something to hold on to, it even gives commitment, if not LOVE, what would you call it?
In my case, I'm not trying to say that I forced myself into soccer, no. I just can't love it no matter I've tried. But to be honest, everytime I saw my husband gets so exciting about the game, THERE!! There IS the thing that I'd loved to see. A man with excitement in his eyes, a man with something to hold on, a man with that joy n appreciation about something he's so into. I just love to see him like that!!
Tak peduli betapa bencinya aku pada hobinya, tapi melihat matanya berapi2 ketika bercerita, atau ketika menemukan t-shirt Persebaya kecil dan serta merta membelinya untuk Abe, atau ketika dengan semangat langsung berangkat ke pertandingan di Tambaksari padahal dia baru pulang dari 3 hari roadtrip luar kota.. itu yang sangat aku sukai!! Binar matanya itu, semangatnya itulah, yang membuat dia menjadi laki-laki yang sejak 12 tahun lalu tak pernah berhenti membuatku jatuh cinta. Tanpa itu, dia tak akan komplit jadi laki2 yang kusuka dan kucinta.
Well, the fact that he always tells all of his friends how lucky he was, having a wife like me who never object about his hobby or his "boys night out", it's surely a bonus... he he
Back to movie, definetely a must see for any couple. And singles too, for its such a charming, hilarious, funny, n touched movie.
And then I got this one too :
"Elektra". 2005. Starring : Jennifer Garner. Based on the Marvel's comic book. Well, this is one of the heck popular movie. I'm sure many of you have seen it already. With reviews everywhere I guess I won't say more. Except one thing...
Jennifer Garner's muscle!! O..M..G..(forgive me God, for putting your name over this crap :D). I am so envy her body!! The muscles, the tone, the torso, everything..!! - I can see the guys agreed hi hi hi- she's just such a piece of work!!
With that kind of muscle, u can just kick the bad guy's butt, yet still look beautiful in a dress. Tell me how good is that huh?! he he. To me, Garner's face n expression, is really a real deal too. She can just looks so sweet, yet highly self-awareness controlled. So loose n soft, yet strong n dark in the same time. In terms of acting, it's quite a quality isn't it?
I would call the movie average, but that Garner's muscle? It rocks!!
2.36 pm
poor me...I hardly spend much time with the kids these couple of days...hikss..
Oh no, I got that dizzy again...I think I should just stop now n lay down for a moment.
You know, everytime I got sick, there's only one thing that I always do. Fight it!! I don't go to bed when I got cold symptoms. I go for yoga instead! Get sweaty n that way the cold will hopely go away. But not with this blood-pressure thing. Yesterday I tried to manage a yoga pose n all I got is dizzy n blinking in my head.
Or maybe its just the wrong yoga pose? I dunno, I'll have to figure it out later, since its been told that yoga can help us to deal with all kind of sickness right? I owe myself a research in this...
Meanwhile...I've got to lay down now...seriously... :(
Sunday, May 20, 2007
Flying thought, antara capoeira, chelsea n discovery channel
Saturday Night, 22.47 pm
Wake up alone in my bedroom, laying myself down in front of hubby's laptop, watching Discovery Travel&Living Channel n drooling anything in it
Tonight is what I call an ultimate sleepless night. I can feel the sore right in my eyes, but I just cannot close them!! Been beaten for the whole afternoon by "all sitting in front of computer" activity while anak2 pada nikmati libur long weekend outdoor with neighboor kids, only make my backpain worse by now.
Sore tadi ke Pakuwon Supermal liat kompetisi n atraksi Copueira. Ini olahraga favorit suami banget, sekaligus mimpinya yang terkubur, cos by the time he felt in love with it, he already felt too old to join it, he he. Bak penjual jamu dia tak hentinya repeating his lists of "why capoeira is my favorite". Katanya (based on his opinion, his very own personal opinion if u ask me hi hi), it's a very attractive, acrobatic, exotic n so on.
Well, its been told that Capoeira is a lively Brazilian martial art that combines dance, acrobatics and music with fighting techniques. Nuansa pertunjukannya memang fun banget. Semua anggota klub duduk melingkar, menyisakan ditengahnya space untuk atraksi nya, dengan iringan musik2 ala acapella percussion disebelah sana (dimainkan bergantian, jadi kusimpulkan all of them can play those music instruments), menyanyikan bersama2 lagu upbeat mengiringi rekan yang atraksi ditengah2 lingkaran.
For me it was so full of joy n spirit. All of them look so amazingly laid-back persons. Its understandable since for me, it looks like the most influencing part in capoeira isn't the martial itself, but the art, the dance, entertaining body-moving and indeed, the fun !!
Barusan kutahu dari seorang teman (via chat ym) sedikit sejarah capoeira. Katanya ini seni beladiri ala budak jaman dulu, yang tangannya dibelenggu sehingga mereka hanya bisa mengandalkan kaki mereka untuk membela diri. Itulah kenapa menurutnya kurang bagus, karena gerakannya terbatas hanya di kaki. Eh, tapi tadi kuamati, justru sebaliknya lho, salah satu kelebihan capoeira menurutku karena jangkauannya yang panjang. Mereka bisa menggunakan sepanjang tubuhnya (dari tangan yang terentang keatas tubuh sampai dengan ujung kaki) sebagai panjang jangkauan gerakan. Mereka bisa menjejakkan kedua tangan di lantai (handstand) dan meluruskan tubuh untuk menendang. Dengan cara ini kan panjang jangkauannya bukan hanya sepanjang kaki, tapi sudah sepanjang tubuh!!
Tak ada yang lebih puas daripada my husb's expression demi melihat betapa aku sangat enjoy liat copueira (jadi jamunya lakuuuu he he). Well, for I've always been able to easily enjoy almost anything, its not that big deal anyway, hi hi. But thanx for the date my dear, I really had a great time there.
But now u leave me lonely here in our room hiks...demi chelsea dan nonton bersama di cafe... It's okay, its not the first time anyway (n definitely i'm sure it wont be the last either hueheh). Tentang bola, well, I've worked my butt out as hard as I can to love it...but I just can't!! Another friend (via chat ym) suggested that maybe it would helped if I look up to those pretty faces of soccer player's so I can enjoy watching the game along with my husband. No, I've been tried, they just don't do any help. I'm not that kind of woman who can easily impressed by pretty faces.
00.00 am already...
my favorite pillow n blanket is still out there, in cafe cheering up for chelsea...both my husb's arms... so how can I sleep just now?
Discovery Travel&Living has been one of my favorite channel. They only has a few show that was out of my preference. I love almost all of their show. Even Miami Ink! Regardless my disagreed about tattoo, somehow I love to watch this show. Out of my curiousity, I wanna know why people do their tatoo, what is their story, n why they put so much emotion into their tatoo. Emotion, this is the part that amazed me most. I mean, your emotion could be something temporary, while tatoo, it's more permanent right? Take this case for example : Angelina Jolie's tatoo of "Billy Bob Thornton" name, planted right into her arm. Not to mention that she put it into spotlight too, everybody (that time) might think how deep is their relationship must be. The tatoo planted into skin is the symbol, once again, its planted. But what happen? they splitted, the lovestory was ended. The tatoo? well maybe it can be removed (with today's sophisticated technology of skin), but anyway, your skin would never be the same. And Jolie? everybody now couldn't just forgot bout the failure of her lovestory with Bob, the one that WAS looked so deep it's even symbolized with tatoo. So, is it just looked n felt so silly n ridicolous or what??
"The Naked Chef" show is airing right now. I love it! Not for the recipies they presenting, but how exactly the chef presenting it. I can't care more about the recipi for most of them came in western way n ingredients. But the facts that many chef in that show confessed that the recipi was something that came out of something simple, careless, even silly things that happen while they're cooking. Improvisasi memasaknya itu lho, sounds like me banget!! he he he very inspirational... Maybe thats why they named the show "The Naked Chef" for the first place.
"blom selesai ya sayang?" I sms my husb earlier
"ini udah perjalanan pulang," he just replied
00.15 now...
what to write now? my YM contacts have all gone by now. I can see one of my contacts is "idle for 1 day, 13 hours and 52 minutes"...poor him. He can't just go offline since he worked for UN (UNDP) in terms of 24/7 of workingtime.
finally....
husb is home !!
gotta go now, my favourite pillow n blankie are finally here :D
hope this sleepless comes to its happy end...warm nice sleep in my husb's arms...hemm...
Subscribe to:
Posts (Atom)